Serat Wedhatama terdiri dari empat pupuh yakni; pangkur, sinom, gambuh, dan kinanthi.
GAMBUH (Langkah Catur Sembah)
|
|
48
|
Kelak saya bertutur,
Empat macam sembah supaya dilestarikan;
Pertama; sembah raga, kedua; sembah cipta, ketiga; sembah jiwa, dan keempat; sembah rasa, anakku !
Di situlah akan bertemu dengan
pertanda anugrah Tuhan.
|
49
|
Sembah raga adalah
Perbuatan orang
yang lagi magang “olah batin”
Menyucikan diri
dengan sarana air,
Yang sudah lumrah
misalnya lima waktu
Sebagai rasa menghormat waktu
|
50
|
Zaman dahulu belum
pernah dikenal ajaran yang penuh tabir,
Baru kali ini ada orang menunjukkan hasil
rekaan,
memamerkan ke-bisa-an nya
amalannya aneh aneh
|
51
|
Kadang seperti santri “Dul” (gundul)
Bila tak salah, seperti santri wilayah selatan
Sepanjang Pacitan tepi pantai
Ribuan orang yang percaya.
Asal-asalan dalam berucap
|
52
|
Keburu ingin tahu,
cahaya Tuhan dikira dapat ditemukan,
Menanti-nanti besar keinginan (mendapatkan
anugrah) namun gelap mata
Orang tidak paham yang demikian itu
Nalarnya sudah salah kaprah
|
53
|
Bila zaman dahulu,
Tertib teratur runtut harmonis
sariat tidak dicampur aduk dengan olah
batin,
jadi tidak membuat bingung
bagi yang menyembah Tuhan
|
54
|
Sesungguhnya sariat itu
dapat disebut olah, yang bersifat ajeg dan tekun.
Anakku, hasil sariat adalah dapat menyegarkan
badan
agar lebih baik,
|
55
|
badan, otot, daging, kulit dan tulang
sungsumnya menjadi segar,
Mempengaruhi darah, membuat tenang di hati.
Ketenangan hati membantu
Membersihkan kekusutan batin
|
56
|
Begitulah menurut ku !
Tetapi karena orang itu berbeda-beda,
Beda pula garis
nasib dari Tuhan.
Sebenarnya tidak
cocok
tekad yang pada
dijalankan itu
|
57
|
Namun terpaksa memberi nasehat
Karena sudah tua kewajibannya hanya memberi
petuah.
Siapa tahu dapat
lestari menjadi pedoman tingkah laku utama.
Barang siapa
bersungguh-sungguh akan
mendapatkan anugrah
kemuliaan dan kehormatan.
|
58
|
Nantinya, sembah kalbu itu
jika berkesinambungan juga menjadi olah spiritual.
Olah (spiritual) tingkat tinggi yang dimiliki
Raja.
Tujuan ajaran ilmu ini;
untuk memahami yang mengasuh diri (guru
sejati/pancer)
|
59
|
Bersucinya tidak menggunakan air
Hanya menahan nafsu di hati
Dimulai dari perilaku yang tertata, teliti dan
hati-hati (eling dan waspada)
Teguh, sabar dan tekun,
semua menjadi watak dasar,
Teladan bagi sikap waspada.
|
60
|
Dalam penglihatan yang sejati,
Menggapai sasaran dengan tata cara yang benar.
Biarpun sederhana tatalakunya dibutuhkan
konsentrasi
Sampai terbiasa mendengar suara sayup-sayup
dalam keheningan
Itulah, terbukanya “alam lain”
|
61
|
Bila telah mencapai
seperti itu,
Saratnya sabar segala tingkah laku.
Berhasilnya dengan cara;
Membangun kesadaran, mengheningkan cipta,
pusatkan fikiran kepada energi Tuhan.
Dengan hilangnya rasa sayup-sayup, di situlah
keadilan Tuhan terjadi. (jiwa memasuki alam gaib rahasia Tuhan)
|
62
|
Gugurnya jika menuruti kemauan jasad (nafsu)
Tidak suka dengan indahnya kehendak rasa
sejati,
Jika merasakan keinginan yang tidak-tidak akan
gagal.
Maka awas dan ingat lah
dengan yang membuat gagal tujuan
|
63
|
Nanti yang diajarkan
Sembah ketiga yang
sebenarnya diperuntukkan kepada Hyang sukma (jiwa).
Hayatilah dalam kehidupan sehari-hari
Usahakan agar mencapai sembah jiwa ini anakku
!
|
64
|
Sungguh lebih penting, yang
disebut sebagai ujung jalan spiritual,
Tingkah laku olah batin, yakni
menjaga kesucian dengan awas dan selalu ingat
akan alam nan abadi kelak.
|
65
|
Cara menjaganya dengan menguasai, mengambil,
mengikat, merangkul erat tiga jagad yang dikuasai.
Jagad besar tergulung oleh jagad kecil,
Pertebal keyakinanmu anakku !
Akan kilaunya alam tersebut.
|
66
|
Tenggelamnya rasa
melalui suasana “remang berkabut”,
Mendapat firasat dalam alam yang
menghanyutkan,
Sebenarnya hal itu kenyataan, anakku !
Sejatinya jika tidak ingat
Sungguh tak bisa “larut”
|
67
|
Jalan keluarnya
dari luyut (batas antara lahir dan batin)
Tetap sabar mengikuti “alam yang
menghanyutkan”
Asal hati-hati dan waspada yang menuntaskan
tidak lain hanyalah diri pribadinya
yang tampak
terlihat di situ
|
68
|
Tetapi jangan salah
mengerti
Di situ ada cahaya
sejati
Ialah cahaya pembimbing,
energi penghidup akal budi.
Bersinar lebih terang dan cemerlang,
tampak bagaikan bintang
|
69
|
Yaitu membukanya pintu hati
Terbukanya yang kuasa-menguasai (antara
cahaya/nur dengan jiwa/roh).
Cahaya itu sudah
kau (roh) kuasai
Tapi kau (roh) juga
dikuasai
oleh cahaya yang
seperti bintang cemerlang.
|
70
|
Nanti ingsun ajarkan,
Beralih sembah yang ke empat.
Sembah rasa terasalah hakekat kehidupan.
Terjadinya sudah tanpa petunjuk,
hanya dengan kesentosaan batin
|
71
|
Apabila belum bisa
membawa diri,
Jangan sekali-kali
berani mengaku-aku,
mendapat laknat
yang demikian itu anakku !
Artinya, seseorang berhak berkata apabila
sudah mengetahui dengan nyata.
|
72
|
Menghayati pelajaran ini
Bila sudah hilang keragu-raguan hati.
Hanya percaya dengan sungguh-sungguh kepada
takdir
itu harap diwaspadai, diingat,
dicermati bila ingin menguasai seluruhnya.
|
73
|
Melaksanakan petuah itu
Harus kokoh budipekertinya
Teguh serta sabar
tawakal lapang dada
Menerima dan ikhlas apa adanya sikapnya dapat
dipercaya
Mengerti “sangkan paraning dumadi”.
|
74
|
Segala tindak tanduk
dilakukan ala kadarnya,
memberi maaf atas kesalahan sesama,
menghindari
perbuatan tercela,
(dan) watak angkara
yang besar.
|
75
|
Sehingga tahu baik dan buruk,
Demikian itu sebagai ketetapan hati,
Yang membuka penghalang/tabir antara
insan dan Tuhan,
Tersimpan dalam rahasia,
Terletak di dalam batin.
|
76
|
Rasa hidup itu
dengan cara manunggal dalam satu wujud,
Wujud Tuhan meliputi alam semesta,
bagaikan rasa manis dengan madu. Begitulah
ungkapannya.
|
77
|
Mana manis mana madu,
apabila sudah bisa menghayati gambaran itu,
Bagaimana pengertian sabda Tuhan,
Hendaklah digenggam di dalam hati, sudah jelas
dipahami secara lahir dan batin.
|
78
|
Dalam batin tak keliru,
Segala cahaya indah dicermati dalam hati,
Yang menjadi petunjuk dalam memahami hakekat
Tuhan,
Selamatnya karena budi (bebuden) yang
jujur (hilang nafsu),
Agar dapat merasuk beralih “tempat”.
|
79
|
Agar usahamu
berhasil,
Dapat menemukan apa
yang dicari,
upayamu agar dapat
melepas penghalang kegaiban,
Apabila kamu tidak
paham ; lihatlah tentang bagaimana terjadinya telur.
|
80
|
Putih dan kuningnya,
bila akan mewujud (menetas),
wujud datang berganti,
tak disangka-sangka,
bila kelahirannya
dapat berganti
wujud,
Kejadiannya di situ
!
|
81
|
Dipastikan tidak keluar,
juga tidak masuk,
Kenyataannya yang di dalam akhirnya menjadi di
luar,
Rasakan sunguh-sungguh,
Jangan sampai terlanjur tak bisa memahami.
|
82
|
Sebab apabila sudah terlanjur,
akan tak tenang sepanjang hidup, tidak ada
gunanya bila kelak mati,
Menjadi orang hina yang bodoh,
dirinya sendiri
malah dianggap tamu.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar